Polemik saling tuding ini sudah berjalan lama, masing masing mempunyai alasan dan pandangan yang berbeda beda. Para Industriawan mebel yang sudah dijurang kejatuhan (bahkan sudah terpuruk) menyalahkan peraturan tersebut, karena hal itu membuat pihak luar (china, vietnam) bisa merajai pasaran dunia, dengan terpasoknya bahan baku (yg cuma berlimpah di Indonesia) ke negara mereka. Para petani dan pengumpul rotan yang mendapat berkah dengan adanya regulasi pemerintah ini bersyukur, dengan derasnya permintaan rotan dari luar membuat pundi pundi mereka bertambah besar. Konon ceritanya Pemerintah sudah membuat rambu rambu untuk masalah ini, dengan melakukan pembatasan terhadap jenis rotan yang diperbolehkan keluar, dengan harapan terjadi keseimbangan antara pelaku industri mebel dan petani rotan, sehingga dihasilkan devisa yang optimal.
Kita dibuat tercengang dengan kondisi polemik ini, sehingga menimbulkan pertanyaan pertanyaan yang ga bisa kejawab sampai saat ini:
- Kalau rotan yang keluar adalah sesuai dengan aturan yang dibuat, harusnya tidak layak dipersoalkan eksport tersebut, kenapa demikian?, karena di pasar dunia akan terjadi perbedaan dari karakter barang yang dijual, jadi sebenarnya mereka (china dan vietnam) bukan menjadi kompetitor industri mebel Indonesia, karena produk yang dihasilkan akan berbeda, jadi industri mebel Indonesia tetap terproteksi. Yang paling penting, kita sama sama mengamankan implementasi eksport tersebut agar sesuai aturan yang ada.
- Katakanlah, memang kelolosan implementasi aturan tersebut, yang jelas para "ekportir" bahan baku tersebut akan menjual dengan harga yang lebih tinggi ke negara tujuan, dibandingkan pasar lokal. Nah seharusnya pihak industriawan mebel ga perlu takut bersaing di pasar Internasional, karena sudah menang selangkah yaitu bahan dasar yang lebih murah, dimana kontribusi bahan dasar tersebut sangat signifikan di harga pokok. Kalau pada kenyataan tidak bisa bersaing, yang perlu kita pertanyakan apakah prosesnya sudah efisien. Kalaupun tidak efisien karena faktor apa?, ataukah produktifitas pekerjanya, atau peraturan yang bertele2 sehingga menjadi biaya tinggi, atau yang lain2.